Sebagian orang berkata bahwa mimpi itu adalah bunga tidur. Ada juga
yang mengatakan bahwa mimpi itu hayalan seseorang yang ingin dicapai
namun sangat sulit untuk diwujudkan dalam kenyataan. Tapi mimpi seorang
yang shaleh lagi bersungguh sungguh dalam amal agama maka itu adalah
isyarat atau ilham dari Rabb yang maha suci,bahkan apabila kita mimpi
bertemu dengan Rasulullah SAW maka itu adalah sebuah pertemuan dengan
Rasulullah SAW sebagaimana pertemuan Beliau SAW dengan sahabat
sahabatnya sewaktu mereka masih hidup, karena syaitan tidak akan pernah
bisa meniru bentuk fisik dari Rasulullah SAW.
Adalah sebuah kisah mimpi yang menjadi penyemangat dalam berjihad
dijalan Allah. Mimpi ini dialami oleh seorang yang shaleh bernama Sa’id
bin Harits. Mimpi ini ia alami pada malam hari pada peristiwa berjihad
melawan Romawi pada tahun 38 H. Sa’id bin Harits dikenal sebagai ahli
ibadah. Siangnya diisi dengan shaum dan malamnya diisi dengan tahajud.
Begitu juga amalan zikir dan tilawahnya selalu istiqomah dia kerjakan.
Seakan akan itu adalah menu makanannya sehari hari yang tidak bisa ia
tinggalkan.
Malam itu Sa’id bin Harits sedang bergantian berjaga/khirosah dengan
teman satu tendanya didaerah pertahanan musuh. Karena merasa ngantuk
maka Sa’id bin Harits minta agar diberi kesempatan tidur lebih dulu
sehingga nanti ia bisa bangun tengah malam bergiliran untuk mendapat
tugas menjaga temannya sekalian mendirikan qiyamullail.
Lalu dia tidur. Di saat itu terdengar Said berbicara dan tertawa,
lalu mengulurkan tangan kanannya seolah-olah mengambil sesuatu kemudian
mengembalikan tangannya sambil tertawa. Kemudian ia berkata, ‘Semalam.’
Setelah berkata seperti itu tiba-tiba ia melompat dari tidurnya dan
terbangun dan bergegaslah dia bertahlil, bertakbir, dan bertahmid.
Sepontan saja teman satu tendanya merasa kaget dan menanyakan apa yang baru saja ia alami dalam mimpinya
Sa’id bin Harits menjawab, ‘Aku melihat ada dua orang yang belum pernah
aku lihat kesempurnaan dalam diri mereka dan belum pernah aku melihat
mereka berdua sebelumnya. Dua orang itu berkata kepadaku, ‘Wahai Sa’id,
berbahagialah, sesungguhnya Allah swt. telah mengampuni dosa-dosamu,
memberkati usahamu, menerima amalmu, dan mengabulkan doamu. Pergilah
bersama kami agar kami menunjukkan kepadamu kenikmatan-kenikmatan apa
yang telah dijanjikan oleh Allah kepadamu.’
Tak henti-hentinya Sa’id menceritakan apa-apa yang dilihatnya, mulai
dari gedung gedung yang megah, para bidadari, permadani permadani yang
indah, sungai madu dan cangkir cangkir yang terbuat dari emas hingga
tempat tidur yang di atasnya ada seorang bidadari yang tubuhnya bagaikan
mutiara yang tersimpan di dalamnya. Bidadari itu berkata kepadanya,
“Sudah lama kami menunggu kehadiranmu.” Lalu aku berkata kepadanya, “Di
mana aku?” Dia menjawab, “Di surga Ma’wa.” Aku bertanya lagi, “Siapa
kamu?” Dia menjawab, “Aku adalah istrimu untuk selamanya.”
Sa’id melanjutkan ceritanya. “Kemudian aku ulurkan tanganku untuk
menyentuhnya. Akan tetapi dia menolak dengan lembut sambil berkata,
‘Untuk saat ini jangan dulu, karena engkau akan kembali ke dunia.’ Aku
berkata kepadanya, “Aku tidak mau kembali.” Lalu dia berkata, “Hal itu
adalah keharusan, kamu akan tinggal di sana selama tiga hari, lalu kamu
akan berbuka puasa bersama kami pada malam ketiga, insya Allah.”
Lalu aku berkata, “Semalam, semalam.” Dia menjawab, “Hal itu adalah
sebuah kepastian.” Kemudian aku bangkit dari hadapannya, dan aku
melompat karena dia berdiri, dan saya terbangun dari tidurku.
Mendengar ceritanya itu seorang sahabatnya berkata, “Bersyukurlah kepada
Allah, wahai saudaraku, karena Dia telah memperlihatkan pahala dari
amalmu.” Lalu Sa’id berkata, “Apakah ada orang lain yang bermimpi
seperti mimpiku itu?” sahabatnya menjawab, “Tidak ada.” Sa’id berkata,
“Dengan nama Allah, aku meminta kepadamu untuk merahasiakan hal ini
selama aku masih hidup.” sahabatnya menjawab, “Baiklah.”
Lalu Sa’id keluar di siang hari untuk berjihad mengangat pedang
melawan musuh musuh Allah sambil berpuasa, dan di malam hari ia
melakukan shalat malam,tilawah dan zikir sambil dipenuhi isak tangis.
Sampai tiba saatnya, dan sampailah malam ketiga. Dia masih saja
berperang melawan musuh, dia membabat musuh-musuhnya tanpa sekalipun
terluka.. Sampai pada saat matahari menjelang terbenam, seorang lelaki
melemparkan panahnya dari atas benteng dan tepat mengenai
tenggorokannya. Kemudian dia jatuh tersungkur, sahabatnya yang satu
tenda mendekatinya dan berkata kepadanya, “Selamat atas
kemenanganmu.kamu akan berbuka pada malam ini, seandainya aku bisa
bersamamu, seandainya….”
Dengan sangat lirih meregang nyawa Sa’id ingin mengatakan
‘Rahasiakanlah ceritaku itu hingga aku meninggal’. Kemudian dari
bibirnya keluar kata-kata, “Segala puji bagi Allah yang telah menepati
janji-Nya kepada kami.” Maka demi Allah, dia tidak berucap kata-kata
selain itu sampai dia meninggal.
Sahabatnya itupun berlari kepada kawan kawannya dan menyeru dengan
lantang, “Wahai hamba-hamba Allah, hendaklah kalian semua melakukan
amalan untuk hal seperti ini,”. Keesokan harinya pasukan muslimin pergi
menyerbu benteng musuh dengan niat yang tulus dan dengan hati yang penuh
kerinduan kepada Allah swt. Dan sebelum berlalunya waktu Dhuha benteng
sudah bisa dikuasai berkat seorang lelaki shaleh itu, yaitu Sa’id bin
Harits.
Sumber : CeritaIslami
Posted By. TENTANGKU!
Recent Posts
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
0 komentar on Sudah Lama Kami Menunggu (geudubangjawapost) :
Post a Comment and Don't Spam!