Teman dan sahabatku, semakin berat beban yang Aku pikul, Aku jalani sendiri tanpa di bantu Ayah, dengan usia ku yang baru duduk di kelas 6. karena terlalu parahnya kondisi Ayah ku, sampai ia tidak sadar dengan apa yang ia ucapkan. sampai ada suara ayam berkokok pun, Ia meniru apa yang ia dengarkan. singkat cerita, Aku malas tuk pergi ke sekolah. Karena, Aku gak tega meninggalkan Ayah dalam kondisi begini.
Ayah ku memanggil. ’’Dewi belum
berangkat sekolah.’’??
“Belum yah, Aku gak sekolah
yah.”??
“Sekolah dewi, kamu adalah
harapan Ayah”
“Tapi yah, Ayah sama adik gimana.”
??
“Biar Ayah sama nenek aja”
“Iya gak apa-apa biar sama uwa
aja” Aku menoleh ke arah uwa yang baru saja datang.
Aku tetap tidak mau sekolah,
karena Aku mendapat firasat di dalam mimpi, kalau Ayahku di jemput dengan dua
orang di dalam mobil. lalu Ayahku ikut ke dalam mobil, sambil melambaikan
tangan ke arah ku , Akupun terkejut melihat Ayah pergi.
“Ayaaaaaaaaa,,,,,,,,,,,,h Ayah
mau kemana ,,,? Ayaaaaah “
Semakin menangis dan berlari
semakin jauh semakin jauh mobil itu melaju, Akupun terjatuh. Ayah terus
melambaikan tangannya sambil tersenyum. Akupun terbangun dan melihat Ayah masih
terbaring di tempat tidur, Aku tatap wajah Ayah yang sudah pasrah dengan
keadaannya.
Keesokan harinya Aku tidak ingin
pergi ke sekolah Aku takut Ayah pergi seperti pirasat dalam mimpi.
Tapi Ayah ku tambah marah.
Teman dengan berat Aku berangkat ke sekolah, sesampainya ke sekolah Aku gelisah pikiranku pun melayang.
Teman dengan berat Aku berangkat ke sekolah, sesampainya ke sekolah Aku gelisah pikiranku pun melayang.
Dalam mengerjakan soal, Aku tidak konsentrasi pada soal yang di berikan guru, tak terasa air mata pun menetes. lalu Aku melihat ke arah luar, ada saudaraku yang melompat-lompat ke arah jendela sekolah. ke khawatiranku tambah kuat, jangan-jangan Ayahku ?. Tapi ke 2 saudaraku tidak berani menghadap Pak guru.
Aku mengerti dengan isyarat
saudaraku, dengan memberanikan diri Aku menghadap guru.
“Pak maaf, di luar ada saudara
saya ingin bertemu dengan saya“
“Siapa ? laki-laki atau perempuan
?”
“ Perempuan pak.“
“Seharusnya dia yang mengetuk
pintu bukan kamu yang keluar.”
“Gak tau pak.“ jawab ku, Dengan
air mata yang terus mengalir.
“Kenapa kamu nangis ?” tanya Pak
guru, dengan rasa khawatir.
Aku hanya meggelengkan kepala
karena tak kuat untuk menjelaskannya.
“Ya sudah duduk kembali biar
bapak yang keluar.”
Pak guru pun keluar untuk menemui
saudaraku. Tak lama kemudian, pak guru pun memanggil ku kembali dengan wajahnya
yang sendu, tambah yakin sudah pikiranku.
“Dewi sini sebentar”
“Iya pak”
“Sekarang kamu pulang dulu, kamu
harus kuat ya ?”
“Emang kenapa pak ? Apa kata
saudara saya pak?” dengan Air mata yang terus mengalir.
“Kamu jangan nangis, gak ada
apa-apa kok .”
“Iya pak “ Sambil mengusap air
mata. entah kenapa air mata ini terus menerus mengalir seakan-akan mata ini
tau, Aku pasti menangis.
Aku pun berpamitan sama bapak
guru
“Eh lo... kenapa sekolah ??”tanya
saudaraku yang seumuran dengan ku, namanya “SANTI” dan “YULI”.
“Kan di suruh sekolah, emang
kenapa ?? Ayah ya ??”
“Enggak, enggak ada apa-apa kok.
ayo cepet pulang!!!!”
“Sebentar ke wc dulu yuk !!!”
“Emang mau apa??”
“Aku mau lihat ke cermin, malu
gak? Aku keliatan habis nangis.”
“Enggak, udah gak apa-apa, naik
mobil ini “
Selama di perjalanan, ke 2
saudaraku saling senggol-senggolan sambil dia berkata.
“Udah kasih tau aja.”
“Jangan nanti pingsan gimana ??”
Aku pun curiga sama Santi, dan
Yuli. Kemudian Aku turun dari mobil selama perjalanan ke arah rumahku, mereka
saling tutup mulut.
“Santi, Yuli ada apa sih ??”
Tegas ku, dengan rasa kesal melihat tingkah mereka yang seolah-olah
menyembunyikan sesuatu.
“Enggak, enggak ada apa-apa kok”
Jawab Yuli, dengan santai.
“Ayah enggak kenapa-napa kan ??”
“Enggak”
“Tapi itu banyak orang-orang yang
bawa baskom ??”
“Gak tau”
“Ah bohong, itu kok ke arah rumah
kita “
Tak terasa air mata ku pun terus
mengalir, ketika Aku melihat tetanggaku menebang pohon pisang.
“San, Yul itu kan?
Ayaaaaaaaaaaaaah! ayaaaah...! ayaaaaaaaah jangan tinggalin Dewi yah !!!!!!”
Aku pun berlari, tubuh ku terasa
ringan. sambil memanggil Ayah dan menangis, Aku pun pingsan tak sadarkan diri.
Tak lama kemudian Aku pun sadar,
Aku terus memanggil Ayah lalu Aku pingsan lagi. sampai berulang ulang kali.
“Wi, sadar wi......... kuatkan
hati kamu wi,”Aku pun mendengar, tak lama kemudian Aku pun terbangun.
“Ayaaaaaaa,,,,h kenapa Ayah
tinggalkan wi sendiri yaaah ,,,,,??????
Ayah tega!! tinggalkan dewi
dengan ke dua adik yang masih kecil dan kakak yang bisu. apa daya nya dewi
yaaaah? wi belum sanggup, wi belum mampu tuk nerima semua ini yaaaah”
Aku terus menangis meratapi
kepedihan ini, Aku pun berpikir. apa yang harus ku perbuat dengan cobaan ini ?
Aku pun memeluk adik ku yang sedang tidur pulas yang tidak mengerti dengan
semua ini, Aku pun menoleh ke arah kakak ku yang sedang duduk melamun.
menerawang matanya dengan tajam, entah apa yang di pikirkannya dan Aku pun
menghampirinya. dengan bahasa isyarat Aku pun menegur, tapi kakak ku pun tetap
diam. yang ku lihat hanya air mata yang mengalir di pipi nya, Aku pun mengusap
air mata nya sambil tersenyum agar dia tau bahwa dia tidak sendiri. Hari demi hari ku lakukan semampu
ku. apa yang Aku bisa ku kerjakan, tapi kakak Aku lah yang selalu bertingkah
aneh. ia selalu berdiri di balik jendela melihat ke arah jalan Ayah di makam
kan. kadang ia menangis, dan menjerit berbicara yang tak jelas seakan - akan
dia tidak menerima dengan semua ini. dia PROTES dengan nasib dan takdir ini,
dengan kondisi seperti ini tak lama kemudian kakak ku jatuh sakit dan lumpuh.
Sobat bayangkan betapa berat yang Aku jalani dengan ke dua adik yang masih kecil, kakak yang bisu dan lumpuh, juga nenek yang selalu menemaniku. singkat cerita , kakak ku pun meninggal dunia.
Sobat bayangkan betapa berat yang Aku jalani dengan ke dua adik yang masih kecil, kakak yang bisu dan lumpuh, juga nenek yang selalu menemaniku. singkat cerita , kakak ku pun meninggal dunia.
0 komentar on Duka Seakan Bersahabat (geudubangjawapost) :
Post a Comment and Don't Spam!