Aku berlari menuju kelas yang terletak di ujung belakang. Rasanya
masih terlalu pagi. Ya tapi peraturan baru harus di taati. Masih terasa
embun yang mengenai tangan ku. Wangi pagi yang sejuk seakan menari-nari
menerobos masuk untuk di hirup hidung ini. Mereka sudah ramai di kelas,
mereka? Ya tentu saja teman-teman ku. Ahh rasanya aku mulai muak dengan
kelas ini. Sangat tidak sekompak dulu. Keakraban tidak dijaga.
“Pagi tiwiik, randa kirim salam tuh” kata wira sambil tertawa.
Randa? Rasanya ingin ku hapus saja nama itu dari ingatan ku.
“Gak lucu” celoteh ku
Randa? Rasanya ingin ku hapus saja nama itu dari ingatan ku.
“Gak lucu” celoteh ku
Malam itu aku terima sms dari Randa, tak biasanya dia menghubungiku.
Langsung ku telfon laki-laki yang ku kagumi secara diam-diam itu.
“Ya randa? Tiwik belum tidur kok, ada apa?” Jawab ku malu-malu. Aku
sungguh bahagia bisa bicara dengan ketua Pramuka di sekolah ku ini.
“Randa ganggu?”
“Enggak kok ran, emang kenapa?” Jawab ku
“Gak bisa tidur ni wik, temenin randa ya, eh tapi perempuan gak baik loh tidur terlalu malam” suaranya begitu lembut, ah rasanya seperti melukis pelangi, sangat bahagia.
“Iya iya tiwik temenin, tenang aja” jawab ku
Ku dengar suara aneh di seberang telfon, seperti suara wira dan teman-teman sedang tertawa.
“Ran, apa kamu sedang bersama wira?” Tanya ku heran
“Ha? Tidak kok wik” jawab randa
Aku mulai tidak tenang, seperti nya aku sedang dikerjai oleh wira dan yang lain.
“Wik, apa kamu punya rasa dengan aku?” Aku sangat terkejut
“Rasa? Rasa apa ya” jawab ku dengan grogi
“Ya rasa, sayang mungkin” kata randa dengan serius
Aku bingung, apa ini bagian dari bercandaan nya randa, atau bersungguh-sungguh. Tapi aku tak mau melewatkan kesempatan ini, mungkin saja lelaki yang ku cintai ini bisa jadi pacar ku. Tuuut tuuut. Tiba-tiba saja telefon terputus sebelum aku sempat menjawab.
“Aarrgghh” gumamku kesal. Tentu lah ini pasti kerjaan wira.
—
“Baru juga dapat salam, udah di lamunin terus” kata wira sambil tertawa
“Awass kamu ya wir” dengan ancang-ancang memukul wira. Sial guru kami telah berada di depan pintu.
“Awass kamu ya wir” dengan ancang-ancang memukul wira. Sial guru kami telah berada di depan pintu.
Masuk pelajaran selanjutnya, Randa berpindah tempat duduk di sebelah
Dian. Dian termasuk salah satu orang yang tidak ku sukai karena
keegoisan nya dan selalu menatap ku sinis. Ku dengar mereka berbicara
menyebut nama seorang adik kelas, Sella. Terlihat randa, sangat
menggebu-gebu ketika menceritakan sella. Ah aku rasa, aku tengah dilanda
cemburu.
Malam nya, aku menerima Sms dari Randa. Sms nya hanya berisi bahwa
seluruh murid di kelas diwajibkan hadir besok, padahal kan besok hari
minggu. Dan aku tak bisa hadir. Ku balas sms itu
“Gak bisa ran, mau pergi sama orang tua” ku ketik sms dan mengirimkan nya ke randa
“Oh” hanya jawaban singkat itu yang ku dapat.
“Kamu tidak marah?” Balas ku dengan hati-hati.
“Tidak” jawaban yang ku terima dengan cepat.
“Baiklah” balas ku lagi
“Ada yg ingin ku tanyakan wik, apa kamu benar suka padaku? Seperti kata teman-teman di kelas?” Sms itu masuk tepat pukul 21.00
“Apa? Aku suka? Sepertinya ejekan itu ada karena kamu yang mendekati aku duluan deh. Tapi jujur aku memang mulai menyukaimu” sedikit gengsi ku kirim sms ini.
“Itu kan dulu, mungkin sekarang semua nya sudah berbeda, soal telefonan kemarin, aku hanya bercanda, orang wira yang menyuruhku untuk menghubungi mu. Aku minta maaf. Aku tidak ada rasa dengan mu, lebih baik kamu menjauhi ku. Daripada kamu malu kita terus-terusan diejekin”
“Ya” hanya dua huruf itu yang bisa ku ketik. Aku sungguh kecewa dengan sikap randa. Mungkin itu adalah cara terbaik untuk memberitahuku. Tapi menurut ku, kata-katanya kurang menghargai perasaan ku.
“Oh” hanya jawaban singkat itu yang ku dapat.
“Kamu tidak marah?” Balas ku dengan hati-hati.
“Tidak” jawaban yang ku terima dengan cepat.
“Baiklah” balas ku lagi
“Ada yg ingin ku tanyakan wik, apa kamu benar suka padaku? Seperti kata teman-teman di kelas?” Sms itu masuk tepat pukul 21.00
“Apa? Aku suka? Sepertinya ejekan itu ada karena kamu yang mendekati aku duluan deh. Tapi jujur aku memang mulai menyukaimu” sedikit gengsi ku kirim sms ini.
“Itu kan dulu, mungkin sekarang semua nya sudah berbeda, soal telefonan kemarin, aku hanya bercanda, orang wira yang menyuruhku untuk menghubungi mu. Aku minta maaf. Aku tidak ada rasa dengan mu, lebih baik kamu menjauhi ku. Daripada kamu malu kita terus-terusan diejekin”
“Ya” hanya dua huruf itu yang bisa ku ketik. Aku sungguh kecewa dengan sikap randa. Mungkin itu adalah cara terbaik untuk memberitahuku. Tapi menurut ku, kata-katanya kurang menghargai perasaan ku.
Semenjak malam itu semuanya menjadi dingin, sikap ku terhadap randa,
dan sebaliknya. Begitu juga dengan pagi ini, pagi yang dingin. Aku
datang begitu cepat, hanya aku sendiri yang baru hadir di kelas ini. Ku
lihat dari kejauhan, Randa mulai mendekati kelas.
“Ahh itu dia, rasanya malas sekali berjumpa dengan nya di pagi ini, walaupun kenyataan nya, kami berjumpa terus sepanjang hari” gumamku dalam hati.
Randa mulai memasuki pintu kelas.
“Morning tiwik” katanya dengan senyum sangat menawan, dan alis tebal yang sedikit dinaikkan.
Tak tahu aku apa yang terjadi, yang pasti, setelah 2 tahun kami sekelas, baru sekali ini ia menyapa ku sangat hangat.
“Ahh itu dia, rasanya malas sekali berjumpa dengan nya di pagi ini, walaupun kenyataan nya, kami berjumpa terus sepanjang hari” gumamku dalam hati.
Randa mulai memasuki pintu kelas.
“Morning tiwik” katanya dengan senyum sangat menawan, dan alis tebal yang sedikit dinaikkan.
Tak tahu aku apa yang terjadi, yang pasti, setelah 2 tahun kami sekelas, baru sekali ini ia menyapa ku sangat hangat.
Sumber : Cerpenmu
0 komentar on Cinta di Kelas Ujung (geudubangjawapost) :
Post a Comment and Don't Spam!